Mitigasi Perubahan Iklim, Kemenko Marves : Tingkatkan Peramalan dan Kecerdasan Lingkungan

Nusa Dua, Sundapost.co.id – Menurut data pemantauan suhu global yang dikonsolidasikan oleh Organisasi Meteorologi Dunia (World Meteorological Organization;WMO) menunjukkan bahwa rata-rata suhu global tahunan telah meningkat lebih dari 1,4 derajat Celcius di atas suhu pra-industri pada tahun 2023. Fenomena yang belum pernah terjadi sebelumnya ini mengancam dampak bencana terhadap ekosistem kita, mulai dari gelombang panas dan kekeringan hingga banjir besar dan kelangkaan udara yang parah.
Hal ini menyoroti kebutuhan akan layanan informasi dan prediksi lingkungan tingkat lebih lanjut. Oleh karena itu, perlunya memperkuat kemampuan kita di bidang-bidang ini dapat melindungi masyarakat kita dari dampak perubahan iklim dengan lebih baik.
Hal ini sangat penting dalam merancang strategi yang efektif untuk memitigasi risiko dan beradaptasi dengan kondisi iklim yang berubah dengan cepat yang mengancam cara hidup kita,” ungkap Deputi Bidang Koordinasi Pengelolaan Lingkungan dan Kehutanan, Nani Hendiarti mewakili Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi dalam The Third Session of the Commission for Weather, Climate, Water and Associated Environmental Services & Applications (SERCOM-3) and Gender Conference yang diselenggarakan di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali pada Senin (4/3).
Indonesia memiliki pengelolaan lebih dari 3,3 juta hektar hutan bakau, yang mewakili 20,37 persen populasi bakau global. Deputi Nani menjabarkan bahwa menunjukkan komitmen besar untuk melestarikan ekosistem penting ini. Komitmen ini tidak hanya menggarisbawahi dedikasi negara terhadap kelestarian lingkungan namun juga menunjukkan peran penting hutan bakau dalam menjaga keseimbangan ekologi, meningkatkan ketahanan iklim, dan menjamin penghidupan masyarakat pesisir untuk generasi mendatang.
“Dampak global dari kenaikan suhu ini sangatlah penting, menguji inti keberadaan kita dengan memberikan dampak pada pertanian, kesehatan, sumber daya udara, dan penghidupan miliaran orang di seluruh dunia. Di banyak negara, dampak langsung dari transformasi ini sudah sangat terasa, yang menggarisbawahi kebutuhan Mendesaknya perbaikan pelayanan di bidang cuaca, iklim, kelautan, hidrologi, dan pengelolaan lingkungan,” jelas Deputi Nani.
SERCOM merupakan komisi WMO di bidang layanan yang merumuskan kebijakan internasional pada pengembangan dan implementasi layanan terkait cuaca, iklim, udara, dan lingkungan secara global, untuk mitigasi bencana hidro-meteorologi, melindungi dan meningkatkan pemahaman serta tanggung jawab terhadap perubahan iklim. Tahun ini, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) telah ditunjuk oleh WMO untuk menjadi tuan rumah pertemuan SERCOM-3 dan Gender Conference yang dilaksanakan pada tanggal 4-9 Maret 2024 di Bali International Convention Center (BICC), Nusa Dua, Bali, dan dibawakan oleh anggota negara-negara dan perwakilan dari WMO.
“Saat kita memulai sesi SERCOM-3, tujuan kita bersama sudah jelas. Kami bertujuan untuk meningkatkan kemampuan kolektif kita dalam memprediksi dan memitigasi dampak perubahan iklim, untuk mendorong kesetaraan gender dalam akses dan pemanfaatan cuaca, iklim, dan layanan terkait. Selain itu, untuk memperkuat ketahanan komunitas global kita terhadap tantangan yang semakin meningkat. disebabkan oleh cuaca dan iklim yang ekstrem. Hal ini memerlukan upaya kolaboratif, memanfaatkan keahlian dan pengalaman kita semua,” pungkas Deputi Nani. (Hms)